Push Yourself Beyond Your Limits
“Ah… tugas
ini berat sekali”
“Ah… mana
mungkin aku sanggup”
Seringkali
terbersit pikiran-pikiran semacam itu dikepala kita ketika kita mendapatkan
kesulitan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan.
Dalam hal pengetahuan.
Pernahkah kita
merasa kesulitan mencerna isi buku ketika kita membacanya? Bisa jadi, sebagian
dari kita menjawab”iya” (termasuk saya, red-) lalu berhenti membacanya dan kita
tidak mendapatkan apa-apa dari buku tersebut. Bagaimana kalau kita tetap
memaksakan diri untuk membacanya dan bersusah payah mencerna isinya?
Kemungkinan besar kita akan memahami isinya dan pengetahuan yang ada
didalamnya. Bukankan you are what you
read ? Jadi kita bisa mengukur pengetahuan kita dari apa yang kita baca.
Boleh saja kita membaca majalah gossip, atau buku-buku kumpulan cerpen, tapi
akan lebih baik kalau kita mulai menambah referensi membaca kita agar asupan
pengetahuan yang masuk ke kepala kita semakin melimpah.
Dalam hal pekerjaan.
Ketika kita
diminta untuk mengerjakan pekerjaan yang belum pernah kita kerjakan sebelumnya,
seringkali kita (mungkin cuma saya, red-) mengeluh dan merasa bahwa pekerjaan
itu terlalu berat untuk kita, lalu menolak. Sesungguhnya penolakan ini adalah
pemicu dari keterbatasan kemampuan kita. Jika kita berusaha memahami pekerjaan
ini dan mencari tahu bagaimana cara menyelesaikannya, maka kemampuan kita akan
ter-upgrade dengan sendirinya.
Semakin sering kita mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang impossible (dan positif) untuk kita, semakin bertambahlah kapasitas
dan kualitas kita dalam hal perkerjaan.
Belajar dari The Minions
Bagi Sport Lovers atau Badminton Lovers pasti tau siapa “The Minions”. The minions adalah
nickname untuk pasangan ganda putra Indonesia yang saat ini menduduki peringkat
1 Dunia. Mereka adalah Kevin Sanjaya Sukamuldjo dan Marcus Fernaldi Gideon.
Dengan tinggi badan 170 cm dan 167 cm sebagai atlet badminton, mereka tergolong
“mini”, ditambah aksi-aksi mereka yang atraktif di lapangan dan sering menbuat
fans mereka “jantungan” dan akhirnya bangga dengan kesuksesan mereka menaiki
podium dibeberapa turnamen menjadikan julukan “The Minions” sangat pas untuk
mereka. Apa yang membuat mereka berhasil?
Bagi Kevin (22
tahun) yang menurut ibunya adalah anak bungsu yang tadinya manja, tekad menjadi
atlet badminton sudah sangat bulat sejak ia masih anak-anak. Meskipun gagal
masuk PB Djarum ketika ia berusia 11 tahun, ia tetap bersikeras untuk mencoba
lagi ketika ia berusia 12 tahun dan berhasil. Bakatnya ditambah keuletanya
mengantarkanya ke pelatnas Cipayung. Bagi pelatih-pelatihnya ia adalah anak
yang pantang menyerah untuk menempa skill nya, selalu meminta menambah porsi
latihan dan baginya kekalahaan adalah hal yang sangat menyakitkan. Konon,
pelatihnya pernah melihatnya menangis dipojok lapangan ketika ia pertama kali
menelan kekalahan. Meski awalnya berhasrat untuk menjadi pemain tunggal tapi ia
tetap menerima tantangan pelatih untuk mencoba sektor ganda. Keuletan dan
bakatnya terbukti, meski baru dipasangkan dengan pemain senior Greysia Polii di
ganda campuran mereka berhasil mengalahkan unggulan pertama Tiongkok dia BCA
Indonesia Open 2014 dengan terlebih dahulu kalah di game pertama.
Marcus (26
tahun) bukan nama baru di ganda putra Indonesia. Sempat meninggalkan pelatnas
karena kecewa tidak diikutsertakan dalam turnamen bergengsi All England, ia
tetap berprestasi berpasangan dengan pemain senior Markis Kido. Pengalaman
pahit diremehkan karena posturnya yang pendek dan dianggap tidak memiliki skill
yang bagus sampai dia harus berlatih dengan tembok, tidak menyurutkan
keinginannya untuk berprestasi. Kegigihanya yang membuatnya terus berprestasi
meski diluar pelatnas dan membuat salah
satu pelatih di pelatnas memanggilnya kembali dan memasangkanya dengan Kevin
yang sedang tidak memiliki pasangan.
Perjuangan
mereka menjadi ganda putra nomor 1 dunia dan Male Player of the Year 2017 versi
BWF tidaklah mudah. Di awal mereka dipasangkan di tahun 2015, permainan mereka
masih mudah diatasi oleh lawan. Pemain unggulan Denmark (Mathias Boe/Carsten Mogensen)
memanfaatkan kelemahan Kevin dengan menariknya ke baseline membuatnya harus
jumping smash berkali kali yang akhirnya mati sendiri atau dengan membuat
Marcus bermain di depan net dan membuat kesalahan sendiri. Kini, strategi ini
dapat mereka mentahkan. Markus yang tadinya diposisikan sebagai tukang gebuk
dengan smash tajamnya selalu menambah porsi latihanya untuk memperkaya skillnya
didepan net. Bahkan, return service-nya
pun kini dapat langsung mematikan lawan. Ia juga banyak mempelajari pukulan-pukulan
ajaib Kevin. Kevinpun demikian, ia dengan gigih berlatih smash tajam ala
Marcus. Ia bahkan kini mampu mematikan lawan dari baseline. Permainan mereka
kini semakin solid. Terbukti mereka selalu menyemangati satu sama lain ketika
dilapangan dan mereka selalu bertekad apabila dipertandingan saat ini mereka
kalah maka dipertandingan berikutnya mereka harus menang. Tikungan-tikungan
tajam skor dalam beberapa game, memaksa rubber game meski fisik sudah lelah,
mengganti-ganti strategi untuk mengatasi lawan ketika mereka mengalami cidera
membuktikan bahwa mereka memiliki fighting
spirit yang luar biasa. 7 gelar juara super series dari 9 final dan 11
turnamen yang diikuti dari total 13 turnamen super series yang digelar dalam 1
tahun kalender adalah rekor dunia baru yang mereka ciptakan.
The Minions,
terlepas dari kontroversi gaya bermain mereka yang sering dibilang suka memprovokasi
lawan, mereka adalah anak-anak muda yang gigih dan ulet menempa diri mereka,
memperkaya skill mereka, dan memperkuat mental mereka. Postur tubuh tak pernah
menghalangi mereka untuk berprestasi. Karena mereka selalu push themselves beyond their limits.
How to train ourselves to push ourselves beyond our limits.
Menurut
seorang Leadership Coach, Derek Lauber, ada beberapa cara untuk melatih diri
kita untuk Push Ourselves beyond Our
Limits:
·
Create
the goal
Tentukan gol kita. Menurut Lauber ini akan membantu kita meberi
energy ekstra secara mental untuk mendorong kita berusaha lebih keras lagi.
·
Push
in short bursts
Menurut Lauber, kita juga perlu mentolelir diri kita sendiri.
Ketika kita sudah menentukan gol kita dan sudang menentukan kapan harus
selesai, tapi kita menemui jalan buntu. Kita bisa berhenti sejenak sambil
mencari jalan keluar. Lalu buat target
waktu lagi dan selesaikan sebaik mungkin. However,
don’t make too much excuse for yourself. Membuat terlalu banyak excuse untuk diri kita sendiri juga
tidak baik.
·
Challenge
yourself to take one more step
Ketika kita merasa kita sudah berada di batas kemampuan kita,
ketika kita merasa kita sudah kepayahan dan menemui jalan buntu, cobalah untuk
mencoba lagi, melangkah lagi sampai kita melangkah sedikit lebih jauh.
·
Learn
to play with pain
Cobalah untuk menikmati kelelahan-kelelahan kita dalam mengerjakan
sesuatu, suatu ketika nanti kita dapat dengan bangga menceritakannya ke anak
cucu kita. Dan kelalahan-kelelahan inilah yang menempa kita untuk berada di
level yang lebih tinggi.
Well,
mulai sekarang anda bisa memulai dengan membuat gol anda dalam pekerjaan,
pendidikan, atau kehidupan, trust me, it
works. demikianlah great people, stay
positive and push yourself beyond your limits.
Never set limits, go after your dreams, don't be
afraid to push the boundaries. And laugh a lot - it's good for you!
-Paula Radcliffe-
-Paula Radcliffe-
References:
http://dereklauber.com/what-you-need-to-know-about-summiting-everest-running-inventing-light-bulbs/ retrieved on December 29th,
2017 (09.22 a.m);
https://en.wikipedia.org/wiki/Kevin_Sanjaya_Sukamuljo retrieved on December 29th,
2017 (09.18 a.m);
https://en.wikipedia.org/wiki/Marcus_Fernaldi_Gideon retrieved on December 29th,
2017 (09.10 a.m);