Langitpun tak selalu cerah
Ada kalanya manusia merindukan hujan yang basah
Hujanpun tak selamanya membuat gelisah
Satu waktu ia merengkuh kembali hati - hati yang patah
Dalam hidup selalu ada yang
datang dan pergi. Ada yang singgah sebentar, ada pula yang segera pergi setelah
sekian lama menyimpan duri, beberapa diantaranya tetap bertahan. Aku tak mengharapkan hubungan pertemanan yang
sempurna, bahkan aku, rena, lilis dan ncus yang sudah bersama-sama sejak balita
pun masih saja belum sepenuhnya klop.
Ditambah jarak dan kesibukan yang membuat komunikasi kami kian menjarang.
Tapi hidup selalu penuh dengan
pelajaran. Satu pelajaran yang membuatku kesulitan bukan kepalang adalah
pelajaran tentang introspeksi diri. Masalah bertubi-tubi nyatanya hanya
membuatku mahir mengeluh, bukan berbenah diri. Tapi ada yang lebih
sulit dari pelajaran ini, yaitu soal ikhlas. Beberapa menit yang lalu aku
memutuskan akan mengikhlaskan ujian-ujian itu datang, tapi beberapa menit
kemudian bermacam macam argumentasi yang bercokol di benaku mulai menggoyahkan
keikhlasanku yang tadi. Dan begitu seterusnya.
Aku menyayangkan kehadiranmu
dalam dunia teman bertemanku akan hanya sebentar saja. Aku kira aku sudah tahu
hitam putihmu begitupun sebaliknya, ternyata tidak. Aku begitu hitam dimatamu.
Tapi sudahlah, apa gunanya menerangi gedung gelap dengan sebatang lilin.
Berbahagialah saja dengan duniamu, meski yang kau ingat hanya selalu
keburukanku, dan keburukan-keburukan teman-teman yang kau jauhi sebelum aku. Karena
akupun berbahagia dengan duniaku, tanpa lupa
untuk mengenang kebaikanmu. Aku bahkan sudah kebal dengan kata-kata busukmu.
Karena aku bersama orang-orang yang mengingatkanku untuk dekat dengan-Nya.
Karena pada akhirnya semuanya kuserahkan pada-Nya. Termasuk hatimu. Berbahagialah,
dan mendekatlah kepada-Nya, semoga ada sinar yang mampu menerangi hatimu
segera, lusa atau kelak dimasa mendatang. Semoga kita sama-sama dijauhkan dari sifat Ananiah, Ghadab, Hasad, Ghibah dan Namimah.