Lebih erat lagi kupejamkan mata, aku melihatnya, jelas sekali anak kecil berambut keriting berhidung mancung sudah lebih tinggi, kurus, dengan baju putih yang tak terlalu putih itu, sudah sobek dan hanya ditempel plester, rok biru yang sobek dibagian lipatan depan hanya di kaitkan dengan peniti besar, masih bersama teman-temanya, sepertinya dia bahagia mendribel bola basket sepanjang hari, setiap hari. sesekali bertanding dengan anak laki-laki.
Kuhirup nafas dalam-dalam, dia bukan lagi anak kecil, dia memakai rok abu-abu panjang menjuntai sampai ketanah, bajunya pun panjang, dia mengenakan kerudung, tak lagi terlihat keriting dan berantakan, masih bersama teman-temanya, dia tertawa, lebih sering tertawa dari pada apapun juga bersama teman-teman dekatnya, masih suka mendribel bola basket hanya kostumnya yang berbeda, celana trining panjang, kaos panjang dilapisi kaos tim, dan kerudungnya. dia terlihat bahagia, banyak bergerak dan bahkan sering menggoda gurunya!
Anak kecil keriting dan mancung itu beberapa tahun yang lalu bernostalgia dengan teman laki-lakinya dari taman kanak-kanak, dia terlihat bahagia meski dia baru saja ditinggalkan pacarnya. hingga akhirnya keraguan merasukinya. dia berhenti bernostalgia.
Anak kecil keriting dan mancung itu sudah tenggelam dalam hiruk pikuk kepentingan dan kebutuhan pekerjaan. Dia nyaris lupa caranya tertawa dulu, dia ditinggalkan teman-temanya karena menjadi malas tertawa dan bercerita.
Satu setengah tahun yang lalu anak kecil keriting dan mancung yang sudah jarang tertawa itu bertemu denganmu, pertama-tama ia meminjam kamus oxfordmu, setiap hari duduk disampingmu, diam-diam mempelajarimu, bagaimana kau selalu tertawa, membuat orang tertawa, bagaimana kau menatap orang dengan tulus, bagaimana bahwa ternyata kau memiliki magnet untuk disayangi orang-orang disekelilingmu. kau, nyaris tanpa cela.
Mataku lelah terus terpejam, mengenang banyak hal yang kau lewati dengan anak kecil keriting dan mancung yang sudah jarang tertawa itu, membayangkan bahwa selanjutnya aku cemburu dengan kedekatanmu dengan teman-teman wanita yang lain, membayangkan bahwa mungkin kau akan bosan dengan dengan anak kecil keriting dan mancung yang sudah jarang tertawa itu...
Mataku mulai berair, aku terlalu cemburu, atau terlalu takut kehilanganmu, aku menjadi tidak rasional, dan menjadi tamak atas waktumu dan dirimu. atau mungkin anak kecil keriting dan mancung yang sudah jarang tertawa itu mulai tak percaya diri, bahwa mungkin anak kecil keriting dan mancung yang sudah jarang tertawa itu akan membosankan dan tidak terlalu tinggi untuk disampingmu.
Aku membuka mata karena mataku mulai pegal-pegal, kulihat di cermin, anak kecil keriting dan mancung yang bermuka sendu itu menatapku sebentar, lalu sibuk mencari handphone nya, dan mulai menekan beberapa tombolnya "mas?" - send.